bintang

Rabu, 11 September 2013

>>> Sejak 6 Tahun Yang Lalu <<<
            Terik Matahari menyinari daerah tempat aku berpijak. Ratusan alumni sekolah dasar sesusiaku berkumpul di depan lokasi tempat pendaftaran santri dan santriwati baru. Hanya beberapa diantara mereka yang aku kenal. Mereka menyapaku dengan riang seakan-akan kami baru bertemu. Ancha satu-satunya teman yang paling dekat denganku. Ia memperkenalkan kedua sahabatnya kepadaku, Ade (gendut) dan Andi (kurus).
            “Wan, kenalkan! Ini Ade dan ini Andi.” Ujar Ancha. Sambil kami bersalaman aku pun juga memperkenalkan diri kepada mereka.
            “Hi, aku Wawan!” Ujarku dengan sedikit malu. Meski demikian mereka adalah orang-orang baik dan tidak sombong bahkan humoris.
            Suara bell pun berbunyi. Kami akhirnya dipersilahkan memasuki ruangan tes masing-masing. Kebiasaanku di masa SD tak lagi bisa ku lakukan saat seperti ini. Tak satu pun dari ruangan itu yang aku kenal. Aku hanya bisa pasrah dan menjawab setiap soal sesuai kemampuanku. Meski ada diantara mereka yang SKSD (sok kenal sok dekat) dengan meminta jawaban aku hanya bisa berkata, “Jangan salahkan saya kalau jawaban ini salah!”. Mendengar hal itu, ia tak sedikit pun takut dengan jawaban yang belum pasti kebenarannya karena baginya yang penting beres.
            Hari demi hari pun berlalu. Aku menjalani hari-hariku dengan wajah-wajah baru dari berbagai daerah. Kami saling belajar dan mengajar, saling bercanda, saling menegur dan saling menceritakan tentang diri kami masing-masing. Tapi ada yang beda di hari dimana aku menatapnya, memandangnya tanpa berkedip sedikit pun untuk yang pertama kali. Keindahannya yang tak pernah terlupakan. Hari itu adalah hari dimana aku berubah dari segi sikap, tutur kata, dan berfikir. Semuanya demi dia. Entah inikah yang dinamakan cinta? Atau mungkinkah hanya sekedar kagum? Wanita yang paling sempurna dari sekian wanita yang pernah aku lihat. Aku hanya bisa melamun memikirkannya. Ingin ku ungkapkan perasaan ini kepadanya tapi bukan aku saja yang ternyata menyukainya.
            Setahun pun berlalu, begitu singkatnya masa-masa ini. Nurul pun tak lagi ada di setiap pandanganku yang ada hanya di dalam hati dan ingatanku. Kepindahannya ke sekolah lain membuatku begitu merasa rindu ingin bertemu. Meski ku tahu ia tak mengenalku apalagi mencintaiku. Tapi bukan berarti aku berhenti mencintainya. Hanya aku dan Tuhan yang tahu cinta ini. Jika perasaan ini terus membara hingga aku dewasa maka saat itulah aku membawa beban yang begitu berat. Hari demi hari berlalu bahkan tahun demi tahun berganti aku pun telah berpacaran dengan wanita lain untuk menghilangkan perasaan cinta ini. Dari sekian banya mantan pacarku dari mereka tak satu pun yang mampu menggantikan namanya di hatiku. Kehadiran mereka justru membuatku bingung untuk memilih.
            Berwala dari sebuah percakapan aku dan Nurul di facebook. Aku berusaha mengingatkan dia tentang diriku tapi dia masih kurang ingat dan yang ia tahu aku hanya adik dari seniornya dulu. Pertemuanku dengannya di dunia maya membuatku semakin rindu dan cinta akan dirinya yang ayu. Entah harus apa aku berkata padanya, entah darimana aku harus memulainya. Seringi berjalannya waktu, aku dan dia mulai sedikit akrab meski hanya di dunia maya. Dengan keberanian yang sedikit, aku pun mengungkapkan perasaanku padanya selama ini.
            “Nurul, aku boleh curhat nggak?” Ujarku.
            “Iyah silahkan...!!!”
            “Gini Nurul, aku suka sama cewek aku pengen banget ngomong cinta ke dia tapi aku takut kalau dia marah.”
            “Ungkapkan aja, daripada kamu pendam perasaanmu ke dia. Bisa-bisa entar diambil orang lain loh.”
            “Mungkin dia udah punya pacar Nurul, tapi nggak papa soalnya aku nggak pacarin dia. Aku Cuma pengen dia tahu kalau selama 6 Tahun ini aku cinta banget sama dia, aku nggak bisa ngelupain dia. Bahkan dari sekian mantan aku nggak satu pun dari mereka yang mampu menghapus namanya dari hatiku.”
            “Apa? 6 tahun? Hmmmm... kamu luar biasa yah bisa mempertahankan cinta selama itu. Tenang aja, dia nggak bakalan marah ama kamu kok. Aku yakin itu. Oh iya emangnya dia orang mana? Namanya siapa?”
Dengan penuh rasa cinta yang perpadu dengan rasa takut, aku pun langsung mengatakan yang sebenarnya pada dirinya.
            “kamu yakin kan dia nggak bakalan marah? Hmmm yah udah, Dia dari Enrekang, Namanya Nurul Husna Muis dan itu kamu. Kamulah orang yang aku maksud. Aku minta maaf aja udah punya perasaan cinta sama kamu. Aku udah berusaha menghilangkannya tapi itu tidak sesulit yang aku kira. Nurul, aku cinta banget sama kamu. Aku cuman pengen kamu tahu perasaan aku. Aku juga tahu kamu udah punya pacar dan asal kamu tahu, hatiku akan selalu terbuka dan siap menerimamu dalam keadaan apa pun. Jangan pernah merasa bahwa tidak ada lagi cowok yang cinta banget sama kamu. Itu masih ada Nurul dan itu aku. Semoga kamu bisa bahagia dengan cintamu yah!!! Oh iya aku off dulu. Bye!!!” Ujarku dengan deraian air mata.
            “Kamu lagi bercandakan?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar