MAAF DAN TERIMA
KASIHKU
Sore menjelang magrib, suara kendaraan yang
semakin ramai di kuasai oleh remaja-remaja. Mereka berkeliaran dengan berjamaah
menelusuri setiap pelosok kota. Matahari yang mulai terbenam di ufuk barat
membuatku semakin takut menghadapi waktu. Setiap suaranya yang kudengar di
malam hari menghantui tidurku bahkan aku tak bisa beraktifitas meskipun
aku ingin buang air kecil. Mataku
tertutup dan terbuka sambil mengeluarkan air mata yang tak sanggup lagi
kubendung. Kini aku hanya berdua dengan sahabatku.
“Sudahlah
Jafar, sampai kapan kamu mau menangis
terus seperti ini? Kutahu ini sulit bagimu, tapi tidakkah kamu berfikir untuk
mengambil langkah baru dan melupakan segala hal yang menyakitimu?” Efran
menasehatikun dengan penuh harapan agar aku mengambil langkah baru.
“Yah,
kutahu apa yang kamu maksud tapi itu masih sulit bagiku.” Ujarku dengan isak
tangis.
“Sulit?
Itu masih sulit bagimu? Heeeyyyy. Sadarlah kawan!! Kamu sudah sebulan lebih
menangis setiap malam. Bagimu itu masih sulit? Tidakkah air matamu itu
memberikan solusi?”
“Tapi….”
“Sudahlah,
tidak ada tapi-tapian lagi. Pokoknya ini malam juga kita pulang dan katakan
kepada orang tuamu tentang hal ini.” Ujar Efran dengan suara yang keras.
“TIDAK!!!
Aku tak akan membuat orang tuaku marah. Kalau kamu ingin pulang, pulanglah!!!
Aku akan tetap tinggal disini.”
Erfan
pun berbalik dan mengambil pakaiannya lalu bergegas untuk pulang ke kampung.
Suara motornya adalah yang terakhir kudengar malam itu. Aku pun berusaha
berjalan meninggalkan kasur menuju ke kamar sebelah. Langkah demi langkah
membuatku terasa sulit untuk berjalan tetapi kutetap berusaha. Bibir serasa
kaku untuk berbicara. Hingga akhirnya ku mencoba mendobrak pintu kamar sebelah
lalu kulihat kekasihku bercinta dengan seorang cowok yang sudah tak asing lagi
bagiku. Ku dekati dengan perlahan sambil berkata:
“Sayang,
maafkan aku yang tak bisa memberimu lebih. Aku hanya cowok kampung yang datang
ke kota. Aku benar-benar tidak bisa membahagiakanmu. Awal aku mengenalmu menjadi
awal kehidupanku yang baru. Masa depan, rencana, bahkan setiap usahaku aku
niatkan untukmu. Bagiku kau permata yang tak ternilai harganya. Kau berlian
yang mengkilat. Entah aku bingung mengapa kau bisa mencintaiku. Kau ajari aku
berkorban disaat kau butuhkan sesuatu. Kau ajari aku pengertian disaat ada
masalah. Bahkan kamu ajari aku setia disaat kau menjauh. Bagiku kau lebih dari
orang yang kuanggap lebih. Aku selalu berharap bisa menjalani hidup ini sampai
gigi tak sanggup lagi menggigit. Tapi berlalu semuanya. Hanya harapan yang
tinggal di gubuk hatiku. Maafkan aku yang tak bisa lagi bersamamu.”
Mataku
tertutup karena air mata yang tak sanggup lagi kubendung. Aku terus berjalan
entah kemana. Kubagaikan orang buta bahkan mungkin bisa dikatakan orang buta
yang lagi galau. Haah!! Bodohnya aku. Menangis sambil tertawa. Ku diam sejenak
lalu membuka mataku secara perlahan tapi yang kulihat hanya cahaya lampu yang
semakin membesar dengan diiringi suara yang semakin besar. Tiba-tiba……… BBBRRRUUUUUUAAAAKKKK…. BRRRUUKKKK….
BUUFFF….!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar