>>> Sejak 6 Tahun Yang Lalu <<<
Terik Matahari menyinari daerah
tempat aku berpijak. Ratusan alumni sekolah dasar sesusiaku berkumpul di depan lokasi
tempat pendaftaran santri dan santriwati baru. Hanya beberapa diantara mereka
yang aku kenal. Mereka menyapaku dengan riang seakan-akan kami baru bertemu.
Ancha satu-satunya teman yang paling dekat denganku. Ia memperkenalkan kedua
sahabatnya kepadaku, Ade (gendut) dan Andi (kurus).
“Wan, kenalkan! Ini Ade dan ini
Andi.” Ujar Ancha. Sambil kami bersalaman aku pun juga memperkenalkan diri
kepada mereka.
“Hi, aku Wawan!” Ujarku dengan
sedikit malu. Meski demikian mereka adalah orang-orang baik dan tidak sombong
bahkan humoris.
Suara bell pun berbunyi. Kami
akhirnya dipersilahkan memasuki ruangan tes masing-masing. Kebiasaanku di masa
SD tak lagi bisa ku lakukan saat seperti ini. Tak satu pun dari ruangan itu
yang aku kenal. Aku hanya bisa pasrah dan menjawab setiap soal sesuai
kemampuanku. Meski ada diantara mereka yang SKSD (sok kenal sok dekat) dengan
meminta jawaban aku hanya bisa berkata, “Jangan salahkan saya kalau jawaban ini
salah!”. Mendengar hal itu, ia tak sedikit pun takut dengan jawaban yang belum
pasti kebenarannya karena baginya yang penting beres.
Hari demi hari pun berlalu. Aku
menjalani hari-hariku dengan wajah-wajah baru dari berbagai daerah. Kami saling
belajar dan mengajar, saling bercanda, saling menegur dan saling menceritakan
tentang diri kami masing-masing. Tapi ada yang beda di hari dimana aku
menatapnya, memandangnya tanpa berkedip sedikit pun untuk yang pertama kali.
Keindahannya yang tak pernah terlupakan. Hari itu adalah hari dimana aku
berubah dari segi sikap, tutur kata, dan berfikir. Semuanya demi dia. Entah
inikah yang dinamakan cinta? Atau mungkinkah hanya sekedar kagum? Wanita yang
paling sempurna dari sekian wanita yang pernah aku lihat. Aku hanya bisa
melamun memikirkannya. Ingin ku ungkapkan perasaan ini kepadanya tapi bukan aku
saja yang ternyata menyukainya.
Setahun pun berlalu, begitu
singkatnya masa-masa ini. Nurul pun tak lagi ada di setiap pandanganku yang ada
hanya di dalam hati dan ingatanku. Kepindahannya ke sekolah lain membuatku
begitu merasa rindu ingin bertemu. Meski ku tahu ia tak mengenalku apalagi
mencintaiku. Tapi bukan berarti aku berhenti mencintainya. Hanya aku dan Tuhan
yang tahu cinta ini. Jika perasaan ini terus membara hingga aku dewasa maka
saat itulah aku membawa beban yang begitu berat. Hari demi hari berlalu bahkan
tahun demi tahun berganti aku pun telah berpacaran dengan wanita lain untuk
menghilangkan perasaan cinta ini. Dari sekian banya mantan pacarku dari mereka
tak satu pun yang mampu menggantikan namanya di hatiku. Kehadiran mereka justru
membuatku bingung untuk memilih.
Berwala dari sebuah percakapan aku
dan Nurul di facebook. Aku berusaha mengingatkan dia tentang diriku tapi dia
masih kurang ingat dan yang ia tahu aku hanya adik dari seniornya dulu. Pertemuanku
dengannya di dunia maya membuatku semakin rindu dan cinta akan dirinya yang
ayu. Entah harus apa aku berkata padanya, entah darimana aku harus memulainya. Seringi
berjalannya waktu, aku dan dia mulai sedikit akrab meski hanya di dunia maya. Dengan
keberanian yang sedikit, aku pun mengungkapkan perasaanku padanya selama ini.
“Nurul, aku boleh curhat nggak?”
Ujarku.
“Iyah silahkan...!!!”
“Gini Nurul, aku suka sama cewek aku
pengen banget ngomong cinta ke dia tapi aku takut kalau dia marah.”
“Ungkapkan aja, daripada kamu pendam
perasaanmu ke dia. Bisa-bisa entar diambil orang lain loh.”
“Mungkin dia udah punya pacar Nurul,
tapi nggak papa soalnya aku nggak pacarin dia. Aku Cuma pengen dia tahu kalau
selama 6 Tahun ini aku cinta banget sama dia, aku nggak bisa ngelupain dia.
Bahkan dari sekian mantan aku nggak satu pun dari mereka yang mampu menghapus
namanya dari hatiku.”
“Apa? 6 tahun? Hmmmm... kamu luar
biasa yah bisa mempertahankan cinta selama itu. Tenang aja, dia nggak bakalan
marah ama kamu kok. Aku yakin itu. Oh iya emangnya dia orang mana? Namanya siapa?”
Dengan
penuh rasa cinta yang perpadu dengan rasa takut, aku pun langsung mengatakan
yang sebenarnya pada dirinya.
“kamu yakin kan dia nggak bakalan
marah? Hmmm yah udah, Dia dari Enrekang, Namanya Nurul Husna Muis dan itu kamu.
Kamulah orang yang aku maksud. Aku minta maaf aja udah punya perasaan cinta
sama kamu. Aku udah berusaha menghilangkannya tapi itu tidak sesulit yang aku
kira. Nurul, aku cinta banget sama kamu. Aku cuman pengen kamu tahu perasaan
aku. Aku juga tahu kamu udah punya pacar dan asal kamu tahu, hatiku akan selalu
terbuka dan siap menerimamu dalam keadaan apa pun. Jangan pernah merasa bahwa
tidak ada lagi cowok yang cinta banget sama kamu. Itu masih ada Nurul dan itu
aku. Semoga kamu bisa bahagia dengan cintamu yah!!! Oh iya aku off dulu. Bye!!!”
Ujarku dengan deraian air mata.
“Kamu lagi bercandakan?”